Samarinda (ANTARA) - Kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Kamis, ketika mereka melakukan tugas jurnalistiknya di daerah itu.
Empat wartawan baik nasional maupun lokal mendapat perlakukan kasar saat meliput aksi unjuk rasa memperingati hari anti Korupsi Internasional yang dilakukan berbagai eleman mahasiswa dan masyarakat di depan Kantor Kejaksaan Tinggi Kaltim.
Bahkan, kamera salah seorang wartawan harian lokal sempat dirampas dua oknum polisi berpakaian preman dan memaksa menghapus foto keributan tersebut.
Ketika mengaku sebagai wartawan koran lokal, kedua polisi tersebut terlihat semakin brutal dan terus berupaya merampas kamera milik wartawan.
"Saya tidak mau tahu kamu wartawan, yang jelas kamu harus menghapus foto itu," kata salah seorang polisi berpakaian preman tersebut.
Keributan terus berlanjut saat salah seorang anggota provoost Polresta Samarinda memukul kamera kontributor ANTV Samarinda, Muhammad Asri.
Ketegangan kian memuncak ketika oknum polisi itu terus mendorong wartawan televisi swasta nasional tersebut sehingga langsung diprotes wartawan lainnya.
"Dia (oknum polisi) memukul LCD handycam saya saat mengambil gambar dan ketika saya buka kembali, polisi itu memukul lagi kamera saya. Bahkan, anggota provoost itu sempat memegang tangan dengan sangat erat sambil terus mendorong saya," kata Muhammad Asri.
Bukan hanya itu, wartawan televisi swasta nasional itu juga mengaku sempat "dipiting" oleh polisi lainnya.
"Tindakan polisi sudah sangat berlebihan dan terkesan sangat arogan," kata Muhammad Asri sambil menambahkan, perlakuan kasar juga dialami dua wartawan media nasional lainnya.
Koresponden Tempo di Samarinda, Firman Hidayat, juga mengaku tangannya sempat dipukul seorang polisi ketika memotret keributan pengunjuk rasa dengan polisi.
"Tangan saya sempat dipukul sehingga tidak mendapat gambar saat mahasiswa bentrok dengan polisi," ujar Firman Hidayat.
Hal senada diungkapkan reporter Radio Elshinta Kalimantan Timur, Saud Rosadi.
"Tangan saya juga sempat ditepis seorang polisi saat melakukan peliputan. Kami sangat menyayangkan tindakan polisi yang mengejar dan menghalangi-halangi bahkan sampai akan merampas kamera wartawan saat meliput demontrasi itu," kata Saud Rosadi.
Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polresta Samarinda, Komisaris Akhmad Yusef Gunawan ditemui usai kejadian itu meminta maaf atas terjadinya aksi kekerasan yang dialami wartawan tersebut.
"Kami meminta maaf jika terjadi gesekan di lapangan yang menimpa teman-teman wartawan. Namun, kami juga minta pengertian wartawan sebab dalam situasi seperti ini, bisa saja terjadi kesalahpahaman," katanya.
Kabag Ops Polresta Samarinda itu berjanji akan menindak anggotanya yang terbukti melakukan tindakan kasar terhadap wartawan.
Aksi unjuk rasa memperingati hari anti korupsi internasional yang dilakukan Laskar Anti Korupsi Indonesia (LAKI) Kaltim dan berbagai elemen mahasiswa di depan kantor Kejati Kaltim itu awalnya berlangsung damai.
Namun, bentrok tidak terhindarkan saat pengunjuk rasa meneriakkan kata-kata kasar, sehingga memancing emosi polisi yang mengawal aksi unjuk rasa tersebut.
Empat wartawan baik nasional maupun lokal mendapat perlakukan kasar saat meliput aksi unjuk rasa memperingati hari anti Korupsi Internasional yang dilakukan berbagai eleman mahasiswa dan masyarakat di depan Kantor Kejaksaan Tinggi Kaltim.
Bahkan, kamera salah seorang wartawan harian lokal sempat dirampas dua oknum polisi berpakaian preman dan memaksa menghapus foto keributan tersebut.
Ketika mengaku sebagai wartawan koran lokal, kedua polisi tersebut terlihat semakin brutal dan terus berupaya merampas kamera milik wartawan.
"Saya tidak mau tahu kamu wartawan, yang jelas kamu harus menghapus foto itu," kata salah seorang polisi berpakaian preman tersebut.
Keributan terus berlanjut saat salah seorang anggota provoost Polresta Samarinda memukul kamera kontributor ANTV Samarinda, Muhammad Asri.
Ketegangan kian memuncak ketika oknum polisi itu terus mendorong wartawan televisi swasta nasional tersebut sehingga langsung diprotes wartawan lainnya.
"Dia (oknum polisi) memukul LCD handycam saya saat mengambil gambar dan ketika saya buka kembali, polisi itu memukul lagi kamera saya. Bahkan, anggota provoost itu sempat memegang tangan dengan sangat erat sambil terus mendorong saya," kata Muhammad Asri.
Bukan hanya itu, wartawan televisi swasta nasional itu juga mengaku sempat "dipiting" oleh polisi lainnya.
"Tindakan polisi sudah sangat berlebihan dan terkesan sangat arogan," kata Muhammad Asri sambil menambahkan, perlakuan kasar juga dialami dua wartawan media nasional lainnya.
Koresponden Tempo di Samarinda, Firman Hidayat, juga mengaku tangannya sempat dipukul seorang polisi ketika memotret keributan pengunjuk rasa dengan polisi.
"Tangan saya sempat dipukul sehingga tidak mendapat gambar saat mahasiswa bentrok dengan polisi," ujar Firman Hidayat.
Hal senada diungkapkan reporter Radio Elshinta Kalimantan Timur, Saud Rosadi.
"Tangan saya juga sempat ditepis seorang polisi saat melakukan peliputan. Kami sangat menyayangkan tindakan polisi yang mengejar dan menghalangi-halangi bahkan sampai akan merampas kamera wartawan saat meliput demontrasi itu," kata Saud Rosadi.
Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polresta Samarinda, Komisaris Akhmad Yusef Gunawan ditemui usai kejadian itu meminta maaf atas terjadinya aksi kekerasan yang dialami wartawan tersebut.
"Kami meminta maaf jika terjadi gesekan di lapangan yang menimpa teman-teman wartawan. Namun, kami juga minta pengertian wartawan sebab dalam situasi seperti ini, bisa saja terjadi kesalahpahaman," katanya.
Kabag Ops Polresta Samarinda itu berjanji akan menindak anggotanya yang terbukti melakukan tindakan kasar terhadap wartawan.
Aksi unjuk rasa memperingati hari anti korupsi internasional yang dilakukan Laskar Anti Korupsi Indonesia (LAKI) Kaltim dan berbagai elemen mahasiswa di depan kantor Kejati Kaltim itu awalnya berlangsung damai.
Namun, bentrok tidak terhindarkan saat pengunjuk rasa meneriakkan kata-kata kasar, sehingga memancing emosi polisi yang mengawal aksi unjuk rasa tersebut.
Comments :
0 komentar to “Polisi brutal di Hari Antikorupsi”
Posting Komentar